Setelah penantian yang panjang
dan mendebarkan, akhirnya kelulusan itu pun diumumkan. Aku diterima di Haas
School of Business, University of California Berkeley. Hal ini sebuah
pencapaian dan kebanggaan yang luar biasa bagiku dan juga kedua orang tuaku,
pencapaian ini adalah hasil kerja keras yang telah aku lakukan selama 2 tahun
terakhir ini.
Beruntungnya, aku punya orang tua
yang mampu menginspirasi dan mengubahku. Aku masih dapat mengingat dengan jelas
kejadian di malam itu. Waktu itu, aku pulang ke Indonesia dan berada di kamar
orang tuaku. Kedua orang tuaku duduk di tepi tempat tidur dan aku duduk di
lantai. Mereka benar-benar terlihat kecewa. Malam itu, mereka mulai membuatku
berpikir mengenai apa yang aku inginkan
bagi masa depanku. Mereka tidak memarahiku, tidak berteriak kepadaku, dan juga tidak memukulku. Mereka
hanya memperlihatkan kekecewaan atas
buruknya prestasiku di sekolah.
Bagi orang tuaku, pendidikan
sangatlah penting demi masa depan. Sebagai orang tua, mereka telah
terus-menerus memperingatkan aku untuk belajar. Tetapi, jarak telah memisahkan
kami - aku tinggal di Singapura bersama kakak-kakakku, sedangkan
orang tuaku tinggal di Indonesia untuk menjalankan bisnisnya. Hal ini tentu
saja membuat kedua orang tuaku kesulitan untuk mengawasi kami.
Dengan komunikasi yang hanya
melalui telepon dan sms, tentu sulit bagi kedua orang tuaku untuk mengetahui
apakah aku “benar-benar belajar” jika aku berkata sedang “belajar”. Sulit bagi
mereka untuk mengetahui bahwa “benar-benar tidak ada ujian” jika aku bilang
“tidak ada ujian”, dan apakah aku benar-benar “tidak sedang main game” jika aku
bersikeras berkata tidak sedang bermain game komputer. Mereka benar-benar tidak
tahu cara belajar yang aku terapkan.
Aku kembali ke kamarku dan mulai
membayangkan hidup seperti apa yang telah aku jalani. Lalu aku teringat Jerry,
kakak tertuaku yang sekitar 20 tahun lalu menderita kanker. Ia masih sangat
kecil waktu itu, usianya baru 2 tahun. Sayangnya, saat itu kedua
orang tuaku tidak berkecukupan. Maka demi kelangsungan hidup kakakku, kedua
orangtuaku menjual rumah, mobil dan segala yang mereka miliki untuk biaya
berobat Jerry. Bahkan, setelah mengusahakan segala upaya dan telah kehilangan
banyak harta benda, orang tuaku pun masih harus menghadapi kenyataan hilangnya
anak pertama mereka.
Tetapi hal itu tidak pernah
membuat kedua orang tuaku menyerah. Mereka memang pernah mengalami masa-masa
hancur dan sedih. Dan, yang menakjubkan adalah mereka mampu kembali percaya
diri, tekun, dan optimis memulai hidup baru.
Kini, setelah bertahun-tahun,
akhirnya mereka memiliki bisnis yang sukses dan mampu mengirim ketiga anak
mereka ke Amerika untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Jika saja saat itu
orang tuaku mengakui kekalahan mereka dan menyerah, tentunya saat ini aku tidak
akan mempunyai kesempatan untuk kuliah, atau tinggal dibawah atap rumah yang
terbuat dari batu bata, atau memiliki sebuah mobil untuk dikendarai.
Jika saja orang tuaku menyerah,
aku pasti akan tinggal di jalan dan mencari-cari cara untuk tetap bertahan
hidup seperti pemandangan khas yang sering ditemui di jalanan kota-kota besar
di Indonesia. Pada saat kakakku Jerry meninggal, mereka hampir tidak memiliki
apapun, tidak ada uang, mobil, ataupun rumah.; Tidak satu pun! Kecuali semangat
dan dorongan untuk berubah.
Ayah… ibu… jika bukan karena
kalian berdua yang mengubah hidup anakmu, mungkin aku tidak akan pernah
mempunyai kesempatan hidup berkecukupan. Sekarang, aku tidak perlu lagi
berpikir tentang makanan, bahkan orang tuaku memberikan sebuah mobil dan
menyediakan pendidikan terbaik untukku.
Aku sama sekali tidak gentar
walau hanya 6,8% dari pendaftar yang akan diterima menjadi anak sekolah di Haas
School of Business, dan keinginan yang luar biasa untuk sukses menjadi salah
satu faktor yang membuatku menjadi satu dari tujuh orang yang diterima untuk
setiap 100 orang pendaftar.
Dan sekarang aku ingin
mendedikasikan pengakuanku ini kepada orang tuaku. Orang tua yang paling hebat yang
telah mengubah hidupku. Aku tidak tahu akan menjadi apa jika tanpa mereka
berdua. Terima kasih Ayah. Terima kasih Ibu. Aku berhutang sangat banyak kepada
kalian dan aku tidak dapat membayangkan apakah aku mampu untuk membalasnya.
Berjanjilah kepada diri sendiri
untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah!
Source : cerita inspirasi