Mak yati 61 tahun.
Panggil saja begitu wanita yang telah berusia setengah abad ini terlihat masih
sangat segar, tidak terlihat seperti wanita seumurannya yang mulai rapuh dan
menua diusia yang mulai lanjut. Hal ini dikarenakan semangat beliau yang tetap
muda sampai pada saat ini, pada usianya ini dia masih mencari penghidupan (baca
masih bekerja) untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Pada awalnya mak yati
bekerja serabutan kesana kesini mengumpulkan pundi-pundi rupiah bersama suami
dengan penuh tanggung jawab, tujuan mereka sederhana yakni bisa mencukupi
kebutuhan keluarganya dan sebisa mungkin anaknya nanti harus lebih baik
daripada mereka untuk itu mereka sangat sangat mengedepankan pentingnya
pendidikan. Setelah berkali-kali ganti profesi alias kerja serabutan pada tahun
1983 makyati mulai mempunyai pekerjaan tetap digedung DPR.. apa yang dikerjakan
makyati disana apakah dia bekerja sebagai anggota dewan yang terhormat?? Namun
ternyata bukan seperti itu dia bekerja sebagai cleaning sevice digedung DPR, ya sebagian orang mungkin memandang
remeh pekerjaan yang remeh dan tidak terhormat mengingat dia berada diantara
anggota dewan yang terhormat itu, padahal kalo kita lihat lebih mendalam
pekerjaan seperti ini sangatlah penting, bayangkan saja ketika tidak ada
makyati dan teman-temannya akan mau membersihkan gedung DPR itu sendiri??
Apakah ketika ketika rungan-ruangan yang digunakan untuk rapat kotor apakah
mereka bisa nyaman dan konsentrasi dalam memikirirkan pekerjaanya dengan baik??
Itulah pentingnya makyati meskipun pekerjaanya sederhana akan tetapi sangatlah
penting bagi orang-orang disekitarnya.
Pagi sampai siang,
kemudian siang sampai sore dilalui makyati dilalui tanpa sedikitpun mengeluh,
meskipun rasa penat, rasa capek tapi dia tetap melaksanakan pekerjaanya dengan
baik, setelah beberapa tahun bekerja mak yati mulai berfikir bagaimana dia
bekerja akan tetapi tidak terikat waktu oleh siapapun. Diapun memikirkan sebuah
pekerjaan yakni menjual gorengan, setelah memutuskan untuk recent sebagai cleaning
service. Setelah recent dari pekerjaanya itu bukan berati dia
meninggalkan gedung DPR itu, setelah meminta izin dengan petugas disana dan
karena mak yati dinilai sebagi perempuan yang baik selama dia bekerja, mak
yatipun diizinkan berjualan gorengan
gedung DPR, bukan hanya berjualan diluar gedung akan tetapi didalam gedung DPR,
mungkin sebagian berfikir tidak mungkin
ada yang jualan gorengan disana?? Dan kalaupun ada lantas siapa yang mau
membelinya? Namun kenyataanya memang begitu mak yati berjualan gorengan
digedung DPR dan semuanya habis tanpa sisa, meskipun pada awal-awal tentunya
pernah mengalami kesulitan tapi berkat keuletannya mak yati bisa melewati fase itu dengan baik.
Sampai saat ini mak
yati masih setia menjajakan gorengannya di gedung DPR itu, setiap pagi dia
membawa kurang lebih lebih dua ratus biji, naik turun dari lantai satu kelantai
lainnya, makyati biasanya mulai menjajakan jualannya di lantai dua kemudian
naik kelantai delapan setalah itu naik kelantai duapuluh tiga dan kemudian
turun kelantai 4 dilantai ini gorengan mak yati biasanya selalu habis tak
bersisa. Setiap hari dilalui makyati dengan penuh semangat, setelah
menghabiskan dagangannya diapun tak langsung pulang akan tetapi dia pergi
kepasar untuk membeli kebutuhannya untuk berjualan esok hari, sesampainya
dirumahpun dia masih harus melayani keluarganya hal teresbut dijalani makyati
dengan baik.
Sisi lain makyati
ternyata tak kalah menarik untuk diceritakan, mak yati dengan suaminya
dikaruniai 5 anak-anak yang sangat sayang sekali dengan ibunya, berkat keuletan
dan kegigihannya kelima anak mak yati bisa sekolah semuanya bahkan salah satu
anaknya riska saat ini sedang melanjutnya studinya di Jerman, betapa luar
biasanya mak yati karena memang dalam keluarganya ditekankan betapa pentingnya
pendidikan bagi mereka, meskipun mak yati hanya lulusan SD namun pemikirannya
ini tidak seperti orang-orang yang hanya lulusan SD, mungkin sedikit orang yang
seperti mak yati ini, banyak orang-orang dalam kekurangan mereka justru
mengajak anaknya untuk membantunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga
sehari hari, namun nampaknya itu tidak berlaku bagi mak yati dan keluarganya
yang mengutamakan pendidikan.
Ketika bercerita
tentang keluarganya mak yati mempunyai suami dan anak-anak yang sangat luar
biasa, ketika ditanya apa pekerjaan suami anda sambil bercanda mak yati
mengatakan pekerjaan suami saya adalah TERNAK TERI, wah begitu kayanya suami
mak yati kalo kita melihat dipasar berapa harga 1 kg ikan teri dipasaran
tentunya lumanyan mahal apalagi suami mak yati mempunyai TERNAK TERI, lantas
kenapa makyati sampai saat ini masih setia berjualan di gedung DPR mengapa
tidak membantu suaminya saja tentunya dengan usaha terinya itu suaminya sudah
sangat-sangat sibuk??? Sebelum memikirkan yang lebih jauh lagi buru-buru mak
yati menjelaskan makna TERNAK TERI, ternyata yang dimaksud mak yati bukannlah
berternak ikan teri lalu apa sebernarnya maksud perkataan mak yati itu?? Ternyata
maksud mayati dari TERNAK TERI itu adalah nganTER aNAK nganTEr isRI (baca
nganter anak nganter istri). Sambil bergurau mak yati bercerita tentang
pekerjaan suaminya itu, pekerjaan yang sangat sederhana akan tetapi sangat
membuktikan kecintaannya pada sosok istri dan anaknya. Karena sudah menginjak
usia lanjut suami sudah tidak terlalu produktif lagi untuk bekerja akan tetapi
usia yang semakin tua bukan berarti dia bisa berhenti mencari pekekerjaan untuk
itu dia bekerja serabutan sesuai dengan yang dia bisa hal tersebut dilakukan
semata-mata untuk membantu istrinya yakni makyati untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya dan untuk menyekolahkan anak-anaknya yang dia harapakan kelak
nanti akan merubah nasib keluarganya minimal bisa lebih baik daripada kondisi mak
yati hari ini.
Apa yang dicita-citakan
mak yati sedikit demi sedikit menjadi kenyataan kelima anaknya bisa mengenyam
pendidikan bahkan salah seorang diantaranya bisa kuliah di benua eropa tepatnya
di negara jerman, dimana disana merupakan salah satu tempat negara yang sangat concern dalam pendidikan, untuk itu
banyak orang yang menginginkan untuk bersekolah disana untuk mengeyam
pendidikan disana atau untuk sekedar merasakan atsmosfer pendidikan disana.
Riska anak mak yati yang sekarang bersekolah di Jerman mengambil jurusan bisnis
management tidak meyangka akan bisa melajutkan pendidikan disana yang dia tau
pada awalnya dia hanya mempunyai keinginanan dan tekad yang kuat untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi untuk itu dalam dalam benaknya
dan disampaikan kepada kedua orang tuanya keinginannya untuk kuliah, namun
keinginannya itu itu tidak serta merta di IYAkan oleh kedua orang tuanya.
Melihat keinginan dan tekad yang kuat dari anaknya serta harapan besar pada
anaknya tersebut mak yati dan suaminya mengizikan riska untuk melanjutkan
studinya, serba keterbatasan dan kekurangan bagi mak yati bukan merupakan suatu
penghalang asalkan punya keinginan tekad yang kuat pasti bisa ada saja jalannya
dari Tuhan.
Riska tergolong siswa
yang cerdas ulet dan tekun hal itu mungkin sifat yang diwariskkan oleh mak
yati, nilai-nilai setiap pelajarannya tergolong nilai yang cukup tinggi, untuk
itu seharusnya dia mudah memilih kuliah dimana saja yang dia inginkan, namun
dia sadar dia bukanlah anak dari golongan berada, setelah berdiskusi dengan
keluarganya mereka menyarankan riska untuk kuliah di kampus negeri, karena dari
segi biaya lebih murah daripada di kampus swasta meskipun sebenarnya di kampus
negeri biayanya tidak sedikit pula bagi keluarga mak yati, namun itu tidak
menjadi masalah selama ada niatan baik pasti ada saja jalannya dari yang di
Atas.
Setelah memilah dan
memilih, pilihan riska pun tertuju pada salah satu kampus negeri yakni UNJ karena nilai-nilai bahasa pada waktu SMA
tergolong nilai yang cukup sempurna, untuk itu dia memilih jurusan pendidikan
bahasa jerman, meskipun banyak orang yang yang mengatakan untuk apa kuliah
jurusan itu?? Mau kerja dimana setelah itu?? Apa yang orang-orang bilang tidak
dihiraukan oleh riska yang ada dalam benaknya hanya keinginan dan tekad yang
kuat yang penting sudah berusaha maksimal perkara nanti apa yang terjadi yang
terpenting sudah berusaha dengan baik. Hari-hari kuliahpun dilalui riska dengan
baik, dengan penuh semangat dia menjalani kuliahnya karena tidak mau
menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepadanya, semester demi semester
dilalui dengan IP yang memuaskan, sampai pada suatu hari riska mengikuti sebuah
seleksi beasiswa ke Jerman, saat itu memang kampusnya sedang bekerja sama
dengan sebuah kampus terkenal di Jerman untuk program dobble deagree, riskapun melalui tahan demi tahapan, dan akhirnya
saat yang ditunggu-tunggu itu tiba, setelah menerima kabar dari pihak kampus
riska ternyata merupakan salah satu mahasiswa yang terpilih untuk mengikuti program
beasiswa tersebut, antara bahagia dan sedih bercampur aduk dialami riska,
bahagia karena ini merupakan kesempatan emas bagi dia untuk mendapatkan
pengalaman belajar baru, dan sedih karena harus berpisah dengan keluarga
tercinta, berita gembira tersebut disampaikan pada keluarganya, seperti yang
dialami riska nampaknya keluarganyapun bercampur aduk antara bahagia dan sedih,
ketika disampaikan kepada ayahnya, pada awalnya ayah hanya terdiam sejenak
namun setelah beberapa saat ayah rizka mengizinkan riska untuk mengikuti
beasiswa tersebut karena dinilai ini merupakan kesempatan yang bagus bagi riska
untuk mengembangkan diri, berbeda dengan suaminya pada awalanya mak yati tidak
setuju kalau anaknya pergi ke Jerman hal ini dikarenakan rasa sayangnya mak yati
pada riska dengan pertimbangan seorang wanita tidak baik jauh-jauh dari rumah
mengingat jarak indonesia dengan jerman tidak sedikit.
Mak yati pagi itupun
tetap beraktifitas seperti biasa yakni berjualan gorengan di gedung DPR,
sedikit demi sedikit gorengannya pun berkurang karena banyak yang membeli,
berita tentang anak mak yati yang mendapatkan beasiswa ke Jermanpun dengan
cepat sampai ketelinga para anggota
dewan yang menjadi langganan mak yati, berbagai pendapat saran diungkapkan
kepada mak yati, yang intinya memberikan dorongan kepada mak yati agar tidak
menyianyiakan kesempatan yang baik itu,anak mak yati berhak kok mendapatkannya,
ya hitung-hitung demi masa depannya juga, masukan demi masukan yang diterima
mak yati perlahan lahan membuka mata hati mak yati untuk mengizinkan anaknya
pergi ke Jerman, pada awalnya mak yati yang ragu mengizinkan riska pergi ke
jerman kini dengan ikhlas mak yati yakin riska bisa menjaga diri disana
meskipun jauh dari kedua orang tuanya.
Setelah mempersiapakan
segala sesuatunya tibalah saatnya riska untuk berangkat ke Jerman, riskapun
berpamitan dengan keluarganya seperti biasa hal lazim yang dilakukan orang tua
kepada anaknya yang akan bepergian jauh adalah memberikan wejangan-wejangan
(baca nasihat-nasihat) untuk anaknya yang merupakan salah satu bekal wajib bagi
para anak, mak yatipun memberikan
wejangan kepada riska agar dimanapun kapanpun kita berada harus selalu ingat
pada Tuhan yang sudah sangat sayang pada keluarga kita, selain itupun riska
harus belajar dengan rajin agar semuanya bisa berjalan sesuai rencana, (bekal
sederhana yang selalu diberikan kepada anak yang jika itu dicerna dengan baik
itu merupakan motivasi yang sangat besar bagi kita). Dengan berbekal tekad dan
keinginan kuat serta doa restu dari kedua orangtuanya riskapun berangkat dengan
penuh harapan, meskipun tidak dipungkiri bahwa ada air mata yang selalu
mengiringi disetiap perpisahan.
Riska yang sekarang
berada di jerman tidak menyianyiakan kesempatan di berikan untuk mengembangkan
diri dan mencari pengalaman sebanyaknya disana, selain kuliah dia juga bekerja
pada sebuah perusahaan disana, pengalamn-demi pengalaman ia dapatkan disana,
mendapatkan kesempatan kuliah dan bekerja di Jerman rupanya tidak melupakan dia
pada keluarganya dirumah komunikasi selalu terjalin dengan baik mak yati
sringkali melaukan skype untuk
sekedar melihat kondisi anaknya hal ini dilakukannya secara rutin setiap hari
selama keduanya tidak sama-sama sibuk. Riska sadar bahwa apa yang didapat
sekarang merupakan buah dari kerja keras kedua orang tuanya yang selalu
mendukung apapun yang bisa menjadikan anaknya lebih baik, baik dukungan secari
morill dan materiil meskipun mak yati dalam keterbatasan mak yati selalu
megusahakann yang terbaik untuk anaknya. Hal yang sering dilupakan kebanyakan
orang tua adalah mereka beranggapan bahwa setalah memenuhi kebutuhan secara
materiil menyekolahkan kesekolah favorit menyekolahkan sampai luar negeri itu
sudah cukup, padahal itu masih kurang dukungan keluarga dari segi moril sangat
diperluakan bagi anak-anak mereka sekedar menyapa mereka, menanyakan kabar,
sapaan yang hangat dari keluarga ini merupakan hal yang luar biasa bagi
anak-anak begitupun sebaliknya para anak-anak jugajangan sampai mengecewakan
apa yang sudah diberikan orang tuanya, maka dari itu tugas anak dsini adalah
belajar dengan rajin berbuat semaksimal mungkin dan yang terbaik yang akan kita
persembahkan untuk keluarga kita. untuk itu mak yati sangat menjaga komunikasi
yang baik dengan anaknya meskipun jauh dieberang lautan riska merasa masih
sangat diperhatikan mak yati.
Sampai pada saat ini
mak yati masih setia dengan kesibukannya mejual gorengan di gedung DPR, jika
ditanya berapa penghasilannya dari berjualan gorengan, mak yati mengatakan dia
mendapatkan 75-100 ribu rupiah, dan ketika ditanya apakah itu cukup untuk
membantu memenuhi kebutuhannya serta menyekolahkan anak-ankanya, mak yati
mengatakan ya cukup secara logika memang itu tidak mungkin, tapi mak yati
bilang selam kita masih berusaha dengan baik pasti ada saja jalannya. Apapun
pekerjaannya selama dijalankan dengan baik dan ikhlas nantinya akan membawa
keberkahan dan hasil yang baik insaAllah. Pendidikan dianggap mak yati
merupakan slah satu usur terpenting dalam kehidupan kita, siapapun kita baik
kaya atau miskin laki-laki atau perempuan semuanya mempunyai kesempatan yang
sama untuk tetap menempuh pendidikan yang terpenting bagi kita adalah selalu
percaya bahwa kita mampu dan selalu berusaha untuk mewujudkannya dengan
bersungguh-sungguh, seperti kata mak yati selalu ada saja jalan bagi yang mau
giat berusaha Tuhan tidak tidur kok yang selalu siap membantu hambanya. Belajar
dan berusaha keras apapun bidang yang kita minati kita buktikan pada orang tua
kita bahwa mereka akan bangga telah melahirkan kita, jangan kita bangga karena
adanya adanya orang lain sebisa mungkin orang lain bangga akan diri kita karena
prestasi luarbiasa kita (tentunya tetap rendah hati dan tidak sombong)
*Tulisan
ini terinspirasi saat melihat tayangan dari sebuah station televisi di
indonesia, semoga bisa menginspirasi dan membuat kita lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar