Musyran IPM

Logo Musyawarah Ranting ke 20 IPM Yanggong.

Pengurus IPM yanggong

senyum termanis para pengurus ipm yanggong .

Muktamar

Muktamar Ke 18 di Palembang.

Pondok Ramadhan

Pondok Romadhon bersama siswa MIM 10 Yanggong.

Di Muktamar Muhammadiyah

Semangat aktivis IPM.

Rabu, 22 Mei 2013

Tukang Jualan Gorengan di Gedung DPR*


Mak yati 61 tahun. Panggil saja begitu wanita yang telah berusia setengah abad ini terlihat masih sangat segar, tidak terlihat seperti wanita seumurannya yang mulai rapuh dan menua diusia yang mulai lanjut. Hal ini dikarenakan semangat beliau yang tetap muda sampai pada saat ini, pada usianya ini dia masih mencari penghidupan (baca masih bekerja) untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Pada awalnya mak yati bekerja serabutan kesana kesini mengumpulkan pundi-pundi rupiah bersama suami dengan penuh tanggung jawab, tujuan mereka sederhana yakni bisa mencukupi kebutuhan keluarganya dan sebisa mungkin anaknya nanti harus lebih baik daripada mereka untuk itu mereka sangat sangat mengedepankan pentingnya pendidikan. Setelah berkali-kali ganti profesi alias kerja serabutan pada tahun 1983 makyati mulai mempunyai pekerjaan tetap digedung DPR.. apa yang dikerjakan makyati disana apakah dia bekerja sebagai anggota dewan yang terhormat?? Namun ternyata bukan seperti itu dia bekerja sebagai cleaning sevice digedung DPR, ya sebagian orang mungkin memandang remeh pekerjaan yang remeh dan tidak terhormat mengingat dia berada diantara anggota dewan yang terhormat itu, padahal kalo kita lihat lebih mendalam pekerjaan seperti ini sangatlah penting, bayangkan saja ketika tidak ada makyati dan teman-temannya akan mau membersihkan gedung DPR itu sendiri?? Apakah ketika ketika rungan-ruangan yang digunakan untuk rapat kotor apakah mereka bisa nyaman dan konsentrasi dalam memikirirkan pekerjaanya dengan baik?? Itulah pentingnya makyati meskipun pekerjaanya sederhana akan tetapi sangatlah penting bagi orang-orang disekitarnya.
Pagi sampai siang, kemudian siang sampai sore dilalui makyati dilalui tanpa sedikitpun mengeluh, meskipun rasa penat, rasa capek tapi dia tetap melaksanakan pekerjaanya dengan baik, setelah beberapa tahun bekerja mak yati mulai berfikir bagaimana dia bekerja akan tetapi tidak terikat waktu oleh siapapun. Diapun memikirkan sebuah pekerjaan yakni menjual gorengan, setelah memutuskan untuk recent sebagai cleaning service. Setelah recent  dari pekerjaanya itu bukan berati dia meninggalkan gedung DPR itu, setelah meminta izin dengan petugas disana dan karena mak yati dinilai sebagi perempuan yang baik selama dia bekerja, mak yatipun diizinkan  berjualan gorengan gedung DPR, bukan hanya berjualan diluar gedung akan tetapi didalam gedung DPR, mungkin  sebagian berfikir tidak mungkin ada yang jualan gorengan disana?? Dan kalaupun ada lantas siapa yang mau membelinya? Namun kenyataanya memang begitu mak yati berjualan gorengan digedung DPR dan semuanya habis tanpa sisa, meskipun pada awal-awal tentunya pernah mengalami kesulitan tapi berkat keuletannya mak yati bisa melewati fase itu dengan baik.
Sampai saat ini mak yati masih setia menjajakan gorengannya di gedung DPR itu, setiap pagi dia membawa kurang lebih lebih dua ratus biji, naik turun dari lantai satu kelantai lainnya, makyati biasanya mulai menjajakan jualannya di lantai dua kemudian naik kelantai delapan setalah itu naik kelantai duapuluh tiga dan kemudian turun kelantai 4 dilantai ini gorengan mak yati biasanya selalu habis tak bersisa. Setiap hari dilalui makyati dengan penuh semangat, setelah menghabiskan dagangannya diapun tak langsung pulang akan tetapi dia pergi kepasar untuk membeli kebutuhannya untuk berjualan esok hari, sesampainya dirumahpun dia masih harus melayani keluarganya hal teresbut dijalani makyati dengan baik.
Sisi lain makyati ternyata tak kalah menarik untuk diceritakan, mak yati dengan suaminya dikaruniai 5 anak-anak yang sangat sayang sekali dengan ibunya, berkat keuletan dan kegigihannya kelima anak mak yati bisa sekolah semuanya bahkan salah satu anaknya riska saat ini sedang melanjutnya studinya di Jerman, betapa luar biasanya mak yati karena memang dalam keluarganya ditekankan betapa pentingnya pendidikan bagi mereka, meskipun mak yati hanya lulusan SD namun pemikirannya ini tidak seperti orang-orang yang hanya lulusan SD, mungkin sedikit orang yang seperti mak yati ini, banyak orang-orang dalam kekurangan mereka justru mengajak anaknya untuk membantunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari hari, namun nampaknya itu tidak berlaku bagi mak yati dan keluarganya yang mengutamakan pendidikan.
Ketika bercerita tentang keluarganya mak yati mempunyai suami dan anak-anak yang sangat luar biasa, ketika ditanya apa pekerjaan suami anda sambil bercanda mak yati mengatakan pekerjaan suami saya adalah TERNAK TERI, wah begitu kayanya suami mak yati kalo kita melihat dipasar berapa harga 1 kg ikan teri dipasaran tentunya lumanyan mahal apalagi suami mak yati mempunyai TERNAK TERI, lantas kenapa makyati sampai saat ini masih setia berjualan di gedung DPR mengapa tidak membantu suaminya saja tentunya dengan usaha terinya itu suaminya sudah sangat-sangat sibuk??? Sebelum memikirkan yang lebih jauh lagi buru-buru mak yati menjelaskan makna TERNAK TERI, ternyata yang dimaksud mak yati bukannlah berternak ikan teri lalu apa sebernarnya maksud perkataan mak yati itu?? Ternyata maksud mayati dari TERNAK TERI itu adalah nganTER aNAK nganTEr isRI (baca nganter anak nganter istri). Sambil bergurau mak yati bercerita tentang pekerjaan suaminya itu, pekerjaan yang sangat sederhana akan tetapi sangat membuktikan kecintaannya pada sosok istri dan anaknya. Karena sudah menginjak usia lanjut suami sudah tidak terlalu produktif lagi untuk bekerja akan tetapi usia yang semakin tua bukan berarti dia bisa berhenti mencari pekekerjaan untuk itu dia bekerja serabutan sesuai dengan yang dia bisa hal tersebut dilakukan semata-mata untuk membantu istrinya yakni makyati untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan untuk menyekolahkan anak-anaknya yang dia harapakan kelak nanti akan merubah nasib keluarganya minimal bisa lebih baik daripada kondisi mak yati hari ini.
Apa yang dicita-citakan mak yati sedikit demi sedikit menjadi kenyataan kelima anaknya bisa mengenyam pendidikan bahkan salah seorang diantaranya bisa kuliah di benua eropa tepatnya di negara jerman, dimana disana merupakan salah satu tempat negara yang sangat concern dalam pendidikan, untuk itu banyak orang yang menginginkan untuk bersekolah disana untuk mengeyam pendidikan disana atau untuk sekedar merasakan atsmosfer pendidikan disana. Riska anak mak yati yang sekarang bersekolah di Jerman mengambil jurusan bisnis management tidak meyangka akan bisa melajutkan pendidikan disana yang dia tau pada awalnya dia hanya mempunyai keinginanan dan tekad yang kuat untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi untuk itu dalam dalam benaknya dan disampaikan kepada kedua orang tuanya keinginannya untuk kuliah, namun keinginannya itu itu tidak serta merta di IYAkan oleh kedua orang tuanya. Melihat keinginan dan tekad yang kuat dari anaknya serta harapan besar pada anaknya tersebut mak yati dan suaminya mengizikan riska untuk melanjutkan studinya, serba keterbatasan dan kekurangan bagi mak yati bukan merupakan suatu penghalang asalkan punya keinginan tekad yang kuat pasti bisa ada saja jalannya dari Tuhan.
Riska tergolong siswa yang cerdas ulet dan tekun hal itu mungkin sifat yang diwariskkan oleh mak yati, nilai-nilai setiap pelajarannya tergolong nilai yang cukup tinggi, untuk itu seharusnya dia mudah memilih kuliah dimana saja yang dia inginkan, namun dia sadar dia bukanlah anak dari golongan berada, setelah berdiskusi dengan keluarganya mereka menyarankan riska untuk kuliah di kampus negeri, karena dari segi biaya lebih murah daripada di kampus swasta meskipun sebenarnya di kampus negeri biayanya tidak sedikit pula bagi keluarga mak yati, namun itu tidak menjadi masalah selama ada niatan baik pasti ada saja jalannya dari yang di Atas.
Setelah memilah dan memilih, pilihan riska pun tertuju pada salah satu kampus negeri yakni UNJ  karena nilai-nilai bahasa pada waktu SMA tergolong nilai yang cukup sempurna, untuk itu dia memilih jurusan pendidikan bahasa jerman, meskipun banyak orang yang yang mengatakan untuk apa kuliah jurusan itu?? Mau kerja dimana setelah itu?? Apa yang orang-orang bilang tidak dihiraukan oleh riska yang ada dalam benaknya hanya keinginan dan tekad yang kuat yang penting sudah berusaha maksimal perkara nanti apa yang terjadi yang terpenting sudah berusaha dengan baik. Hari-hari kuliahpun dilalui riska dengan baik, dengan penuh semangat dia menjalani kuliahnya karena tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepadanya, semester demi semester dilalui dengan IP yang memuaskan, sampai pada suatu hari riska mengikuti sebuah seleksi beasiswa ke Jerman, saat itu memang kampusnya sedang bekerja sama dengan sebuah kampus terkenal di Jerman untuk program dobble deagree, riskapun melalui tahan demi tahapan, dan akhirnya saat yang ditunggu-tunggu itu tiba, setelah menerima kabar dari pihak kampus riska ternyata merupakan salah satu mahasiswa yang terpilih untuk mengikuti program beasiswa tersebut, antara bahagia dan sedih bercampur aduk dialami riska, bahagia karena ini merupakan kesempatan emas bagi dia untuk mendapatkan pengalaman belajar baru, dan sedih karena harus berpisah dengan keluarga tercinta, berita gembira tersebut disampaikan pada keluarganya, seperti yang dialami riska nampaknya keluarganyapun bercampur aduk antara bahagia dan sedih, ketika disampaikan kepada ayahnya, pada awalnya ayah hanya terdiam sejenak namun setelah beberapa saat ayah rizka mengizinkan riska untuk mengikuti beasiswa tersebut karena dinilai ini merupakan kesempatan yang bagus bagi riska untuk mengembangkan diri, berbeda dengan suaminya pada awalanya mak yati tidak setuju kalau anaknya pergi ke Jerman hal ini dikarenakan rasa sayangnya mak yati pada riska dengan pertimbangan seorang wanita tidak baik jauh-jauh dari rumah mengingat jarak indonesia dengan jerman tidak sedikit.
Mak yati pagi itupun tetap beraktifitas seperti biasa yakni berjualan gorengan di gedung DPR, sedikit demi sedikit gorengannya pun berkurang karena banyak yang membeli, berita tentang anak mak yati yang mendapatkan beasiswa ke Jermanpun dengan cepat sampai  ketelinga para anggota dewan yang menjadi langganan mak yati, berbagai pendapat saran diungkapkan kepada mak yati, yang intinya memberikan dorongan kepada mak yati agar tidak menyianyiakan kesempatan yang baik itu,anak mak yati berhak kok mendapatkannya, ya hitung-hitung demi masa depannya juga, masukan demi masukan yang diterima mak yati perlahan lahan membuka mata hati mak yati untuk mengizinkan anaknya pergi ke Jerman, pada awalnya mak yati yang ragu mengizinkan riska pergi ke jerman kini dengan ikhlas mak yati yakin riska bisa menjaga diri disana meskipun jauh dari kedua orang tuanya.
Setelah mempersiapakan segala sesuatunya tibalah saatnya riska untuk berangkat ke Jerman, riskapun berpamitan dengan keluarganya seperti biasa hal lazim yang dilakukan orang tua kepada anaknya yang akan bepergian jauh adalah memberikan wejangan-wejangan (baca nasihat-nasihat) untuk anaknya yang merupakan salah satu bekal wajib bagi para anak,  mak yatipun memberikan wejangan kepada riska agar dimanapun kapanpun kita berada harus selalu ingat pada Tuhan yang sudah sangat sayang pada keluarga kita, selain itupun riska harus belajar dengan rajin agar semuanya bisa berjalan sesuai rencana, (bekal sederhana yang selalu diberikan kepada anak yang jika itu dicerna dengan baik itu merupakan motivasi yang sangat besar bagi kita). Dengan berbekal tekad dan keinginan kuat serta doa restu dari kedua orangtuanya riskapun berangkat dengan penuh harapan, meskipun tidak dipungkiri bahwa ada air mata yang selalu mengiringi disetiap perpisahan.
Riska yang sekarang berada di jerman tidak menyianyiakan kesempatan di berikan untuk mengembangkan diri dan mencari pengalaman sebanyaknya disana, selain kuliah dia juga bekerja pada sebuah perusahaan disana, pengalamn-demi pengalaman ia dapatkan disana, mendapatkan kesempatan kuliah dan bekerja di Jerman rupanya tidak melupakan dia pada keluarganya dirumah komunikasi selalu terjalin dengan baik mak yati sringkali melaukan skype untuk sekedar melihat kondisi anaknya hal ini dilakukannya secara rutin setiap hari selama keduanya tidak sama-sama sibuk. Riska sadar bahwa apa yang didapat sekarang merupakan buah dari kerja keras kedua orang tuanya yang selalu mendukung apapun yang bisa menjadikan anaknya lebih baik, baik dukungan secari morill dan materiil meskipun mak yati dalam keterbatasan mak yati selalu megusahakann yang terbaik untuk anaknya. Hal yang sering dilupakan kebanyakan orang tua adalah mereka beranggapan bahwa setalah memenuhi kebutuhan secara materiil menyekolahkan kesekolah favorit menyekolahkan sampai luar negeri itu sudah cukup, padahal itu masih kurang dukungan keluarga dari segi moril sangat diperluakan bagi anak-anak mereka sekedar menyapa mereka, menanyakan kabar, sapaan yang hangat dari keluarga ini merupakan hal yang luar biasa bagi anak-anak begitupun sebaliknya para anak-anak jugajangan sampai mengecewakan apa yang sudah diberikan orang tuanya, maka dari itu tugas anak dsini adalah belajar dengan rajin berbuat semaksimal mungkin dan yang terbaik yang akan kita persembahkan untuk keluarga kita. untuk itu mak yati sangat menjaga komunikasi yang baik dengan anaknya meskipun jauh dieberang lautan riska merasa masih sangat diperhatikan mak yati.
Sampai pada saat ini mak yati masih setia dengan kesibukannya mejual gorengan di gedung DPR, jika ditanya berapa penghasilannya dari berjualan gorengan, mak yati mengatakan dia mendapatkan 75-100 ribu rupiah, dan ketika ditanya apakah itu cukup untuk membantu memenuhi kebutuhannya serta menyekolahkan anak-ankanya, mak yati mengatakan ya cukup secara logika memang itu tidak mungkin, tapi mak yati bilang selam kita masih berusaha dengan baik pasti ada saja jalannya. Apapun pekerjaannya selama dijalankan dengan baik dan ikhlas nantinya akan membawa keberkahan dan hasil yang baik insaAllah. Pendidikan dianggap mak yati merupakan slah satu usur terpenting dalam kehidupan kita, siapapun kita baik kaya atau miskin laki-laki atau perempuan semuanya mempunyai kesempatan yang sama untuk tetap menempuh pendidikan yang terpenting bagi kita adalah selalu percaya bahwa kita mampu dan selalu berusaha untuk mewujudkannya dengan bersungguh-sungguh, seperti kata mak yati selalu ada saja jalan bagi yang mau giat berusaha Tuhan tidak tidur kok yang selalu siap membantu hambanya. Belajar dan berusaha keras apapun bidang yang kita minati kita buktikan pada orang tua kita bahwa mereka akan bangga telah melahirkan kita, jangan kita bangga karena adanya adanya orang lain sebisa mungkin orang lain bangga akan diri kita karena prestasi luarbiasa kita (tentunya tetap rendah hati dan tidak sombong)

*Tulisan ini terinspirasi saat melihat tayangan dari sebuah station televisi di indonesia, semoga bisa menginspirasi dan membuat kita lebih baik.